Tradisi Sega Kepel
Tradisi Sega Kepel merupakan
tradisi yang diwariskan oleh Sultan Hadirin ketika beliau memberikan dakwah keagamaan setiap
hari Jum’at. Masyarakat Loram Kulon selalu membuat sega kepel untuk dikirim ke
Masjid Wali dan ke Makam Syekh Abdurrohman Tuan Sang Sang setiap mereka punya
hajat seperti pernikahan, membuat rumah, punya nadzar karena sakit, khitanan
dan lain- lain. Dengan melaksanakan tradisi sega kepel masyarakat percaya akan
mendapatkan berkah dan terhindar dari balak. Biasanya orang yang punya hajat
mengirim sega kepel dengan lauk pauk bothok yang terbuat dari tempe, tahu,
bandeng, ayam, kerbau dan lain- lain. Mereka melakukan selamatan dengan sega
kepel sebanyak tujuh buah karena dalam waktu satu bulan terdapat angka tujuh
yaitu 7, 17 dan 27 yang artinya seseorang yang bersedekah akan mendapat pitutur
(nasehat), pituduh (petunjuk) dan pitulung (pertolongan). Selamatan sega kepel
sangat ramai pada hari Jum’at, bahkan terkadang dalam satu hari ada 23 kali
sega kepel.
Setelah sega kepel di serahkan
kepada Pengurus Masjid kemudian didoakan setelah itu dimakan bersama-sama oleh
para jamaah sholat maktubah atau orang yang ada di masjid tersebut. Apabila
tidak habis dimakan oleh orang-orang yang ada di masjid maka oleh merbot
masjid kemudian dibagikan kepada masyarakat sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar